12 April 2016

biggest consideration

semalam, mati lampu. hehehe bukan awal yang bagus untuk memulai sebuah tulisan. awalnya aja sad apalagi endingnya. ya begitulah, tulisan kali ini emang untuk menuliskan kekhawatiran terbesar gue, yaitu anak gue.

wow...
ya anak gue adalah kekhawatiran gue, semenjak mereka lagi, tidak ada lagi ketenangan dalam hidup. lho kok gitu? bukannya bahagia kalau punya anak? tidak mensyukuri nikmat? ga kasian sama yang belum punya anak? dsb..dsb? tuh...orang kalo ngga pernah tabayyun ya gini. biasain baca ampe tuntas baru menghakimi.

kelahiran mereka berdua sudah pasti memberikan kebahagian buat gue, karena fase hidup gue berjalan pada jalurnya, lalu kenapa khawatir? ya jelas khawatir ngga mampu ngasih yang terbaik, salah asuhan, kebanyakan teori dari internet yang belum tentu cocok, atau salah pergaulan, dan ribuan kekhawatiran yang mengakibatkan dia ngga menjadi anak yang gue harapkan.

kemarin, bertambah lagi satu kekhawatiran gue. saat mati lampu, gue minta anak gue untuk berdoa ke Allah supaya listriknya bisa nyala lagi. karena kalau anak2 gue ngga pake AC dijamin ga bakalan bisa tidur.  tentu aja doa semacam itu belum diajarkan oleh guru Tknya -dan mungkin ngga akan pernah- dia ngga bisa ngucapin doanya. maksud gue, ya ngarang aja, ngga perlu arabnya, tapi dia jawab "alila lupa". gue yakin dia emang ga tau tapi jawab "lupa".
"ga apa2 kok, ngarang aja doanya" gitulah cara gue mendorong dia bisa ngarang doa
"..." dia diemin aja
"ga apa2 bahasa indonesia aja" kata gue sambil senyum
"..." dia cuma senyum, mata dia terlihat berkaca2
gue bukan orang pemaksa terhadap anak ya, kalo ga bisa ya gpp, gue bukan perfeksionis juga kok. tapi dia kayanya kecewa berat ngga bisa memenuhi keinginan gue.
"alila nangis ya"
"ngga, alila ngga nangis"
"ngga apa2 kok kalo ngga bisa..."
"ngga kok..." sambil menyeka air matanya yang belum turun...
duh nak, kenapa dirimu begitu tertekan begitu nak? bapak maklum kok. atau jangan2 dia yang perfeksionis? ah ntah lah...

dear nak, aku tidak akan menuntutmu menjadi pintar, kaya, atau cerdas. aku cuma ingin kamu bahagia dan beruntung. itu saja...

maafkan bapak ya nak...

Tidak ada komentar: