19 Mei 2010

an outfit of a biker

me as a biker
Yang tiap hari harus bergumul dengan macetnya pagi hari dengan peluh yang membasahi dinding jaket tebal. Jaket yang terbilang mahal untuk karyawan rendahan yang tidak memperdulikan harga dibandingkan dengan kesehatan tubuh terhadap angin angin malam yang nakal maupun goretan-goretan kasar dari sang aspal. Setia terpakai rapih dengan retsleting yang mencapai leher walaupun retsleting tangan yang rela turun naik saat terjadi perubahan suhu.

Tidak lupa helm yang mengekat kepala untuk memastikan kepala tetap aman dari segala benturan meskipun tidak dari dari lindasan. Yang dibeli berdasarkan keyakinan (atau malah balas dendam) karena tidak akan menikah dalam waktu dekat. Dengan kaca warna pelangi yang tidak perlu hujan untuk memunculkan warnanya, serta goretan khas dari sang aspal sebagai tanda pernah berzinahnya sang aspal dengannya.

Tidak lupa sarung tangan kulit yang menorehkan warna hitam di kulit setiap kali basah. Bermotifkan api warna merah yang menegaskan kesan panas suhu didalam sarung tangan tersebut saat dipakai. Tergambar juga perjuangan bersama si pemakai dengan adanya exhaust yang terbentuk dari elemen bergesekannya dengan tombol lampu sen yang seret, penekanan berulang-ulang tombol klakson yang memberikan nada indah saat macet, atau ketika si pengendara berusaha mencengkram sesuatu ketika pengendara sedang melantai dengan aspal.

Dan merekalah yang membuat gue aman, barang2 yang lumayan menjadi andalan ketika berkendara. Memberikan rasa aman, mengindahkan rasa nyaman. Ah, the outfit of a biker...sebuah outfit berjuang melawan kematian setiap waktu.

*akhirnya selesai, setelah tertunda, kehilangan ide, dan tersimpan di draft selama sehari.

Tidak ada komentar: