21 Oktober 2008

outsourcing

manusia diciptakan dari tanah, dan mati ke tanah. hidup mulai dari menarik udara dan mati menghembuskan udara. diciptakan dengan nyawa, dimatikan tanpa nyawa. tiap hari banyak manusia lahir, tiap hari banyak manusia mati. bukan pekerjaan yang gampang. banyak yang beriman tapi jauh lebih banyak yang beriman. tapi apakah keinginan untuk membuat lebih banyak orang beriman membuatNya lebih memilih memakai jasa outsourcing? tentu tidak.

lalu buat apa ada outsourcing, gue ngga abis pikir. gue cuma manusia yang beruntung yang bisa meraup semua hasil keringat gue sendiri, ketimbang orang yang mati2an kerja tapi terpotong orang sesuatu yang dinamakan "uang jasa".

ada orang yang melamar kerja dengan peluhnya sendiri, uang pendidikan selama belasan tahun, dengan ijazah yang ia raih sendiri kemudian diterima kerja dan tiba2 ada orang yang menikmatinya perjuangannya selama belasan bahkan puluhan tahun?

jasa? bantuan? apakah mereka pernah meminta? ataukah ia pernah memberi izin? sebuah kekuatan yang tidak mencukupi memaksanya menurut. sebuah keinginan untuk mempersimple urusan manajemen, hanya dengan menyetorkan sejumlah uang, manajemen tidak perlu lagi memperhatikan karyawan. tidak suka? tinggal putus. sebuah ancaman yang mengikat seumur hidup.

ada juga segelintir keculasan yang meminta setiap tenaga yang berhasil diambil. keculasan terkutuk yang memeras walaupun sedikit. ada? jelas ada...meski cuma sedikit. apakah gue mengutuk orang seperti itu? ah ngga, bukan urusan gue untuk mengutuk, bukan kuasa gue untuk menceburkannya ke neraka. bukan urusan gue juga untuk mencampuri kewenangan yang teratas. gue cuma pekerja kecil dengan tenaga secukupnya untuk menghidupi keluarga.

tenaga2 lama dilepas begitu saja, diberikan uang yang setidaknya ditujukan untuk berbuat adil. digantikan oleh tenaga2 dari luar yang dikelola dari luar, yang kalau tidak puas bisa ditendang seenaknya. jadi itu tujuannya, menghindari masalah, membuat tangan bersih dari darah. tapi apakah ini keadilan. tch...keadilan......

memperhatikan satpam2 kerempeng dengan senyum palsu dengan kualitas ngga lebih baik dari sebelumnya. berusaha ramah tapi tanpa ikhlas. gue lebih suka satpam2 gendut yang bisa ramah jika akrab....

makes no mistakes...

Tidak ada komentar: