19 Oktober 2006

pesan secarik kertas

suatu kali ketika sedang beres2 kamar yang masih berantakan. gue menemukan sebuah buku tulis lama yang isinya macem2 ngga jelas. mulai dari bahan kuliah, bahan coret2, sampai catetan kursus. begitu bodohnya gue saat itu...satu buku untuk berbagai catatan. sambil tersenyum, gue menemukan selembar tulisan jelek, menggunakan pensil, dan mengingatkan gue pada suatu kenangan. kenangan dari masa lalu yang mengingatkan gue betapa ngga becusnya gue menulis puisi.
puisi? yup kertas itu berisi puisi, puisi2 ngga jelas yang gue buat dulu. ntah kenapa dari dulu gue ngga pernah bisa bikin puisi. makanya saat itu timbul ide, kalau ada sepenggal kalimat yang bagus, langsung ditulis. jadi kalau sudah terkumpul banyak bisa dijadiin puisi. ternyata...sampai sekarang tuh puisi ngga pernah jadi...@#%#@
gue baca isinya satu persatu, yang ingatkan gue semua kenangan. kenangan yang ngga bakal pernah terganti...begini ceritanya eh puisinya...

puisi ini kubuat waktu aku menangis
menangis bukan karena sedih dan bukan karena gembira
aku menangis karena aku tak berada diantara keduanya
"kejadian saat ini..."

cinta itu seperti meminum anggur
kalau kau terlena, kau kan lupakan segalanya
kalau kau terjaga, kau akan menyadari semuanya telah terlambat
"terispirasi abis nonton sinetron yang cewenya dihamili ama cowonya trus cowonya kabur...kasssiaaan deh luu"

aku berpisah untuk selamanya
karena aku tak menghargai kebebasannya
karena dia tak menghargai keberadaanku
"ceritanya nyata nih"

lalu buat apa ada cinta
kalau ternyata cinta hanya membawamu pada kesedihan
kalau ternyata hanya membawamu pada sebuah kenaifan
"lagi sedih, denger lagu naif...jadi deh! (padahal gw ngga ngerti naif itu apaan)"

cinta terkadang seperti surya
yang hanya indah saat terbit dan terbenam
tapi paling tidak kita bisa rasakan hangatnya
"salah banget nih puisi...aturan saat bersinar ye"

ah jadi inget dia. susah...susah...susah.
ntah kenapa kita berdua ngga bisa satu rasa
ntah kenapa kita berdua ngga bisa satu arah
selama ini kita berdua berjalan berpegangan tangan
membuat kita bersama walau berbeda jalan
kini pegangan itu mulai melemah
ketika kami berdua dihadapkan pada suatu kenyataan
membuat jalan bersama dan tetap berpegangan tangan
atau tetap pada jalan masing2 dan melepaskan pegangan?

Tidak ada komentar: