24 Mei 2011

hilangnya hati kecil

Dan seketika matanya terpaku tegas pada sebuah pemandangan miris. Di luar jendela mobilnya ada seorang ibu yang duduk memeluk anaknya yang terkulai lemah tidak berdaya. dipinggir jalan yang ramai penuh dengan lalu lalang kendaraan, tidak memperdulikan bahaya terserempet atau tergilas. sang ibu dengan jilbab kaos warna krem itu hanya memelas sambil memegangi anaknya yang terbaring di ujung trotoar.

dia hanya bisa menatap tanpa bergerak, kecuali matanya yang bergeser tanpa kedip melihat pemandangan itu seiring berjalannya kendaraan yang ditumpanginya. tanpa iba, hanya berpikir. sampai dia melihat seorang wanita yang menghampiri sang ibu tadi sambil memberikan uangnya. Dia tidak terenyuh, yang dipikirkan hanyalah kenapa jika sang anak tidak berdaya tapi airmata sang ibu tidak mengeluarkan setetes airmata? apakah ibu itu adalah nyata? benarkah dia benar benar membutuhkan? atau hanya theaterikal taktik yang marak digunakan oleh para peminta-minta?

pikiran itu menggelayutinya hingga kini...atas dasar traumanya yang lalu dia memutuskan untuk tidak memberikan uangnya kesetiap peminta-minta. apapun mereka pemain theater atau yang benar benar membutuhkan. sekilas di ingatannya batapa dia pernah iba kepada seorng anak kecil yang kakinya buntung tengah digendong oleh temannya, berjalan melewatinya hingga hilang dari sudut matanya. namun tidak lama kemudian datang kembali anak yang buntung itu dengan baju berbeda. otaknya berputar keras, benarkah itu anak yang dia lihat barusan? kenapa berganti pakaian? atau justru berganti peran? hingga dia menyadari kalau ada kejanggalan. dan saat itulah hati kecilnya mati.

dimana menghalanginya berbuat kebaikan yang penuh keikhlasan, tanpa berpikir apakah ini kepura-puraan, apakah hanya sandiwara, ataukah mencari keuntungan pribadi semata. itu sebabnya juga dia menolak untuk mengeluarkan darahnya untuk suatu lembaga.

apakah ada hubungannya, hatinya jadi tipis. tidak ada lagi penahan panas di sana. seakan setiap ada bara yang hinggap sesaat langsung membakar habis hatinya. meskipun hatinya tetap hidup walau hangus. dan itu berimbas pada pikirannya, hatinya yang sudah tidak berjalan sebagai mana mestinya kini merambah jauh kedalam pikirannya. tidak ada lagi jernih, selalu mudah keruh. ini karena hatinya kecilnya hilang.

persahabatannya pun diambang kehancuran. dengan seorang yang pernah dianggapnya belahan jiwa karena sejalan dan seirama, kini tampaknya sulit terulang. dahulu terangkat sekarang terpuruk, dahulu menengadah kini menunduk, dahulu tergelak kini terenggut, dahulu riang sekarang pilu. segala kisah indah mereka di masa lalu tidak lagi mampu menentukan cerahnya masa depan mereka.

semua karena hati kecilnya hilang...

dan sepertinya segala masa depannya tidak tertolong lagi....

Tidak ada komentar: